30 Oktober, 2008

Generasi Muda yang Mandiri

Saya masih ingat tulisan pak Samuel di Kompas, yang menceritakan kisah dua anak laki-laki. Yang satu bertingkahlaku alim, penurut, taat dan selalu mendengarkan apa yang diinginkan orang tua, sedangkan yang satunya lagi berperilaku merdeka, berpikir kritis dan tidak dalam kotak, cenderung mempunyai pemikiran yang berbeda, percaya diri, berdedikasi dan tidak mau banyak diatur.
Apa yang terjadi setelah mereka berdua besar. Yang alim dan penurut orang tua bekerja di perusahaan orangtuanya dan meneruskan usaha orangtuanya yang masih dalam kendali orang tuanya, sedangkan yang merdeka dia sudah bekerja di Amerika dan mempunyai usaha sendiri disana.
Apa yang mau diungkapkan dalam tulisan tersebut, sebenarnya adalah harapan akan generasi yang merdeka, yang mempunyai dedikasi, tidak menggantungkan diri pada orangtua dan yang jelas mandiri. Kadang ada yang keliru dalam budaya Indonesia, yaitu orangtua terlalu banyak berperan dalam membentuk pribadi yang tidak mandiri. Dan kadang orangtua tidak sadar akan hal ini, karena kecintaan yang berlebihan yang sebetulnya ajaran jawa ada istilahnya yaitu "Tresno tanpo Alis". Coba kita tengok kecintaan Penguasa ORBA Soeharto terhadap anaknya, membuat mereka gagal dalam menangkap nilai-nilai soft skills.

Kemarin saya berkunjung ke kampus UNMER Malang, ada program pengembangan soft skills disana, ternyata UNMER juga sama dengan UDINUS mendapatkan Hibak Kompetisi Soft Skills. UNMER memberikan nilai Mandiri sebagai Inti dari sasaran Program Soft Skills. Terpampang ada dua kelompok yang dituju dalam pengembang softskills tsb yaitu Mahasiswa (Student) dan Dosen (Lecturere).
Di Udinus pun sudah mempersiapkan tim untuk mengembangkan nilai soft skills dengan sasaran mahasiswa dan dosen. Nilai-nilai terpampang di dinding, diharapkan bisa secara mandiri maupun kelompok dikembangkan sendiri baik oleh mahasiswa maupun dosen. Sehingga pribadi mandiri benar-benar terwujud.

29 Oktober, 2008

Pelatihan "To be a Leader " Aktivis UDINUS 2008

Rangkaian kegiatan beasiswa aktivis yang didapat dari pemerintah, maka akan diadakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan leadership para aktivis, serta sosialisasi kegiatan kunjungan ke Malaysia dari 11 aktivis UDINUS. Nama kegiatan adalah "To be a leader", dimana kurikulum yang diberikan berkaitan dengan analisis masalah-masalah sosial baik lingkungan internal maupun eksternal yang terjadi di masyarakat. Rencana pelaksanaan pada tanggal 9 November 2008 dan lokasi di camping ground Kopeng Salatiga. Pelatihan ini dirasa sangat penting mengingat tahun 2009 terdapat berbagai peristiwa besar. Di Internal UDINUS terjadi Pergantian Struktural Pejabat baik Rektorat maupun Deknat dan di Indonesia ada pesta akbar demokrasi Rakyat. Diharapkan kemampuan yang didapat dari pelatihan ini bisa dijadikan bekal dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tersebut, sehingga mereka selalu tidak henti-hentinya belajar untuk menjadi pemimpin yang baik.

Ada 4 materi pokok yang diberikan berkaitan kegiatan tersebut yaitu:
  1. Komunikasi yang efektif
  2. Membuat Jaringan Organisasi
  3. Analisis Kondisi Lingkungan
  4. Menyusun Gerakan dan Aksi Sosial
Pemateri akan dibawakan oleh dua orang dari instansi luar Udinus dan tim dari dosen Udinus sendiri. Diharapkan mahasiswa aktivis mendapatkan penyegaran dan hal-hal baru berkaitan dengan kemampuannya sebagai pemimpin. Rencana pelatihan ini akan melibatkan 35 mahasiswa aktivis baik dari Universitas maupun Fakultas.

Pemuda Yang Bersumpah

Sumpah adalah suatu pernyataan spiritual untuk konsistensi terhadap suatu tekad. Dan sumpah ini memberikan energi spiritual atau roh atau semangat untuk melakukan sesuatu untuk mencapai sesuatu.
Sumpah Pemuda yang bertekad berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu yaitu Indonesia, menjadi energi nasionalis pribumi yang memberikan kesadaran keberagaman yang saling menguatkan, atau kekuatan dalam keberagaman.
Bagaimana dengan Pemuda yang bersumpah pada jaman sekarang? Masihkan sebatas sumpah serapah, atau sumpah gombal terhadap pacar? Sudahkan Pemuda jaman sekarang menemukan nilai spiritualitas suatu sumpah untuk berbangsa dan berbangsa dalam keanekaragaman baik agama, suku bangsa dan bahasa? Apakah kita sudah tergiring dalam semangat primodialisme dan sektarianisme, bahkan mungkin semangat materialisme atau hendonisme?
Kadang kita tidak merasakan secara sadar bahwa primodialisme dan sektarianisme semakin melilit kita dalam melihat berbagai masalah berbangsa dan bernegara, dan semangat inipun secara tidak sadar ditularkan ke orang lain. Lihat akhir-akhir ini Rancangan Undang-undang cenderung tidak bernuansa keberagaman, tetapi cenderung ada pesan tersembunyi untuk kepentingan kelompok atau golongan tertentu. Dengan cara inilah kita memaknai nilai Spiritual Sumpah Pemuda?

Pesparawi X di UKSW

Pesta Paduan Suara Mahasiswa Gerejawi X dilaksanakan di UKSW Salatiga, dan dibuka pada tanggal 27 Oktober 2008 di GOR Kridanggo. Persiapan yang luarbiasa dipersiapkan untuk mensukseskan pesta akbar tersebut. Parade Drum Band dari AKPOL dengan 350 personil, cukup membuat acara pembukaan sangat meriah dan megah. Biarpun hujan mengguyur tapi tidak mengurangi semangat mereka untuk memamerkan kerja tim yang sungguh indah dan luarbiasa.
Terdiri dari 32 peserta yang berasal dari seluruh pulau, dari Irian, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, Flores, Bali dan Pulau Jawa. Sungguh mencerminkan pertemuan yang luarbiasa.
Direncanakan Mentri Pendidikan untuk bisa hadir, ini terlihat dari spanduk yang terpampang besar di pingir jalan. Tetapi sayang sekali, Acara rutin tersebut tidak dihadiri mentri Pendidikan, entah alasannya apa, yang jelas ketidak hadiran beliau menunjukkan bahwa PESPARAWI tidak menjadi prioritas utama beliau. Why?