25 Juli, 2010

Seni Gamelan Jawa bagi Generasi Muda


Dalam penelitian saya pada tahun 2009 yang didanai DP2M Dikti, ada temuan menabuh gamelan tidak begitu menjadi daya tarik bagi anak muda, padahal dilain pihak bangsa barat sangat memuja dan gandrung dengan gamelan jawa tersebut. Bahkan di malaysia gamelan diajarkan baik di SMP, SMA dan perguruan tinggi. Saat saya observasi di Bekonang, saya melihat gamelan pesanan dari Universitas Teknical Malaya Melaka dan ternyata tidak ada tulisan made ini Solo atau Indonesia. Dan dari pemilik industri gamelan di Bekonang (bp. Sukardi) mengatakan bahwa di malaysia seluruh institusi SMP dan SMA sudah memiliki Gamelan dan mulai mengklaim menjadi hak paten. Wah bagaimana ini, belum cukupkah dengan Reog Ponorogo dan Tari Pendet? Tetapi kalau itu sampai terjadi, itu juga salah kita sebagai bangsa Indonesia kurang memberi apresiasi terhadap warisan nenek moyang yang adi luhung tersebut.
Dari sikap siswa terhadap gamelan, untuk ranah kognitif mereka sudah mengenal gamelan secara baik akan tetapi untuk affektif dan psikomotorik sangat kurang. Mengapa bisa seperti itu, selain kurikulum seni gamelan hanya masuk dalan mata pelajaran budaya dan isinya hanya pemberian kognitif tentang gamelan, juga dukungan fasilitas yang kurang memadai.
Peranan orang tua dalam memperkenalkan seni gamelan sangat memprihatinkan, dari 60 responden hanya 4 siswa (6.7%) mengaku mengenal dari orang tua, sedangkan 40 siswa (70%)mengaku mengenal gamelan dari Guru. Mengapa orang tua kurang berperanan dalam memperkenalkan seni gamelan ke anak-anaknya, bisa saja hal ini disebabkan karena nenek moyangnya pun melakukan hal yang sama. Jika hal ini terjadi turun temurun maka bersiaplah suatu peradaban akan punah.
Untuk mengatasi hal tersebut dengan mengingat kelemahan gamelan yang harus berada dalam ruang besar, harga mahal, perawatan tidak mudah, jika berlatih juga harus ada banyak orang, dilain pihak banyak siswa yang sudah terbiasa menggunakan komputer, maka perlu dipikirkan mentransformasikan yang tradisional ini menjadi modern. Jawabnya adalah dengan multimedia gamelan.
Dari Output penelitian prioritas nasional yang menghasilkan produk eGamelanku terbukti mampu meningkatkan affektif dan psikomotorik kawula muda. Bahkan banyak dosen yang ikut latihan gamelan melalui produk eGamelanku tersebut, bahkan mahasiswa kolaborasi dengan dosen sempat tampil main gamelan CYCU Taiwan (Foto diatas) dan di Singapura.
Kedepan multimedia gamelan yang dinamakan egamelanku ini diharapkan benar-benar bisa meningkatkan affektif dan psikomotorik para kawula muda untuk bisa main gamelan jawa. Dengan demikian kekawatiran kita akan punahnya peradaban dan kebudayaan bisa teratasi, karena kita ikut merubah segala sesuatunya sesuai dengan perkembangan jaman.
eGamelanku rencana akan dipublikasikan mulai tahun 2011 dan bisa menjadi ajang pembelajaran mandiri.

1 komentar:

investasi emas mengatakan...

ini neh generasi yang patut ditiru oleh generasi muda yang lain ,. yang taunya hanya kluyuran g tentu arah,...........